Bisnis.com, MALANG—Sejak dibuka pada 2001, Program Doktor Universitas Merdeka Malang telah meluluskan 309 doktor ilmu ekonomi dan sosial.
Rektor Unmer Malang Anwar Sanusi mengatakan khusus untuk program doctor ilmu sosial telah meluluskan 200 doktor.
“Mahasiswa
program doktor ilmu sosial Unmer sebagian besar dari kalangan
perguruan tinggi, namun ada juga dari kalangan lain seperi birokrat,”
ujarnya sesuai menguji promovendus Nurcholis Sunuyeko, Rektor Institut Keguruan Ilmu Pendidikan Budi Utomo Malang di Malang, Kamis (25/2/2016).
Ketua Program Studi Ilmu Sosial Program Pasca Sarjana Unmer Malang Agus Sholahuddin mengatakan
dari 309 doktor lulusan lembaga pendidikan tersebut, 11 orang berhasil
meraih jabatan guru besar di antaranya dari Universitas Negeri
Palangkaraya, Universitas Negeri Malang, Universitas Manado, STAIN
Tulungagung, dan lainnya.
Program doktor Unmer Malang tercatat
terakriditasi B, namun ke depan akan ditingkatkan menjadi akreditasi A
dengan menitikberatkan peningkatan aktivitas dosen dan mahasiswa untuk
mengirim tulisan-tulisan pada jurnal internasional terakriditasi.
Mahasiswa
dan akademisi diharapkan sering melakukan penelitian dan seminar baik
internasional maupun dalam negeri. “Dari sisi infrastruktur, sangat
siap, sangat memadahi. Gedungnya representatif, begitu juga tenaga
dosennya,” ujarnya.
Penelitian Sosial
Nurcholis
Sunuyeko dalam dalam ujian terbuka program doktor ilmu sosial Unmer
berhasil mempertahankan disertasinya dengan judul Intreraksi Sosial
Mahasiswa Rantau: Kajian Adaptasi dan Kaulturasi Mahasiswa Asal Flores,
Sumba, Timor Barat, dan Alor (Flabamora) di Sebuah Perguruan Tinggi
Swasta Multi-Etnik Kota Malang dengan predikat sangat memuaskan.
Dalam disertasi tersebut, promovendus
a.l menyimpulkan secara umum interaksi sosial mahasiswa asal Flabamora
berpola asosiatif, tidak hanya interaksi dengan mahasiswa daerah lain
tetapi juga bersama masyarakat sekitar kampus.
Sosialitas etnik
dan ciri kulutral mahasiswa Flabamora tidak berhubungan dengan interaksi
sosial disosiatif, khususnya berupa konflik sosial, baik sesama
mahasiswa asal Flabamora, maupun mahasiswa daerah lain dan dengan
masyarakat sekitar kampus.
Secara keseluruhan, interaksi sosial
kolektiva mahasiswa Flabamora dengan mahasiswa daerah lain, dan
masyarakat sekitar bersifat konjungtif, positif, dan fungsional.
Mahasiswa
rantau asal Flabomora secara bertahap berhasil melakukan adapatasi
soiso-kultural, baik dengan mahasiswa dari daerah lain, maupun dengan
warga masyarakat sekitar kampus.
Mereka mengalami akulturasi
dengan pola melatenkan unsur budaya berupa agama dan kepercayaan, serta
kesadaran etnik asal daerahy ang relatif mapan, serta menyerap
unsur-unsur budaya berupa bahasa pergaulan, kekerabatan dan adat
istiadat, hingga makanan dan minuman.
0 komentar:
Posting Komentar